Pendahuluan
Secara
umum, ketika mempelajari filosofi pemikiran Cina, banyak hal-hal penting yang
dapat kita ambil. Contohnya saja dari segi ekonomi, politik dan sosial. Cina
juga memiliki peradaban yang paling tua secara historis. Secara garis besar,
pandangan hidup orang Cina dapat dikatakan sangat manusiawi dan bersifat sangat
spritual dan mistik. Filsafat Cina juga merupakan filsafat yang bersifat
natural. Bagi orang Cina, filsafat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
mereka, filsafat seperti halnya suatu landasan dan pegangan hidup mereka. Salah
satu filosofis yang berpengaruh di Cina ialah ajaran Confusianisme yang dibawa
oleh Confusius. Ajaran Confusianisme berpusat pada hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan antar-manusia. Untuk memahami secara lebih jelas mengenai
filosofi-filosofi tersebut, berikut akan dibahas satu persatu.
A. Confusius dan Perjuangan
Mencapai Kebahagiaan
Confusius merupakan salah satu tokoh yang tercatat
dalam sejarah sebagai seorang yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap
kehidupan manusia. Ajaran Confusianisme yang dikembangkannya masih dianut
hingga sekarang. Confusianisme berisikan ajaran menyangkut cara hidup dalam
tatanan pribadi maupun sosial. Topik utama yang dibahasnya adalah etika dan
politik. Hanya sedikit spekulasi tentang makna dan kodrat hidup.
Confusius hidup pada zaman Dinasti Chou dimana pada
masa itu mereka yang berkuasa bertindak sangat sewenang-wenang dan
mengakibatkan penderitaan rakyat. Mereka menyalahkangunakan kekuasaan yang
mereka miliki demi kepuasaan pribadi. Confusius yang pada waktu itu hidup dalam
kemiskinan sangat mengerti akan penderitaan rakyat.
Confusius lalu mendirikan sebuah sekolah sebagai
sarana baginya untuk mengembangkan gagasannya mengenai pembaharuan dunia.
Confusius hendak mengajarkan kepada mereka yang menjadi muridnya untuk
meningkatkan pemikiran serta kesusilaan, memperluas, memperkuat serta
menertibkannya. Tujuan utamanya dalam mendirikan sekolah ini adalah agar
murid-muridnya kelak bisa memperbaiki sistem pemerintahan yang pada waktu itu telah rusak. Ia juga berharap murid-muridnya kelak dapat menjalankan
pemerintahan sesuai dengan tata krama dan beradap. Sistem etika yang
diterapkannya didasarkan atas pertimbangan mengenai hakikat manusia sebagai
makhluk sosial yang bermasyarakat. Menurutnya, masyarakat yang bermoral harus
hidup saling bekerjasama
Gagasan-gagasan yang diungkapkan oleh Confusius
memiliki tujuan yang hendak dicapai yakni kebahagiaan dalam hidup untuk segenap
umat manusia. Pola pemerintahan yang sesuai akan meningkatkan kesejahteraan
rakyat serta perkembangan diri bagi setiap manusia.
B. Mo Tzu dan Upaya
Mencapai Perdamaian dan Ketertiban
Setelah meninggalnya Confucius, mulai bermunculan
tokoh-tokoh pemikiran politik di Cina. Salah satunya adalah Mo Tzu, seseorang
memiliki latar belakang keluarga hampir sama dengan Confusius. Pada awalnya, ia
memang menyebarkan ajaran-ajaran Confusius, namun semakin lama ia mulai
berpikiran bahwa prinsip-prinsip dalam ajaran Confusius tidak sesuai dengan
dirinya. Oleh karena itu ia mendirikan ajaran sendiri, yang pada akhirnya pun
juga memuat banyak ajaran dari Confusius.
Ajaran Mo Tzu tidak jauh berbeda dengan Confusius,
yakni mengenai penyelenggaraan pemerintah yang tidak semena-mena dan
memperhatikan kesejahteraan rakyat. Mo Tzu sangat prihatin terhadap
penderitaan rakyat akibat kemiskinan, kekacauan dan perang. Namun, tidak
seperti Confusius yang memiliki tujuan untuk mencapai kebahagiaan manusia, Mo
Tzu menganjurkan suatu rancangan untuk yang dalam pelaksanaan ia bersedia
mengorbankan apa saja termasuk kebahagiaan. Bukan berarti ia tidak menginginkan
kebahagiaan hanya saja ia tidak mampu untuk melakukannya. Menurut pendapatnya,
suatu dunia yang damai, yang didalamnya penduduknya yang berjumlah besar serta
tertib tercukupi sandang pangannya, akan menikmati keadaan sebaik-baiknya.
Tidak seperti Confusius, ajaran-ajaran Mo Tzu cenderung tidak banyak
memiliki pengikut. Walaupun ia banyak menyumbangkan pemikiran mengenai logika,
namun kebanyakan orang-orang berpendapat bahwa ajaran-ajaran Mo Tzu sering
tidak logis dan aneh. Penafisiran-penafsiran
yang di tegaskan oleh Mo Tzu sedikit sesuai dengan pemikiran masyarakat.
Sehingga orang-orang kemudian kembali beralih kepada ajaran Confusius.
Kesimpulan
Ketika berbicara mengenai filosofi-filosofi
pemikiran Cina, maka hal itu tidak jauh dari ajaran Confusius. Sebab,
kebanyakan filsafat-filsafat Cina memakai ajaran-ajaran dari Confusius, bahkan
hingga sekarang. Setelah Confusius meninggal dunia, banyak tokoh-tokoh
filosofis di Cina bermunculan. Salah satunya adalah Mo Tzu, yang sedikit demi
sedikit menentang ajaran-ajaran dari Confusius. Pada awalnya ia merupakan
penganut ajaran Confusianisme namun ia mulai meninggalkannya, karena menurutnya
ajaran-ajaran Confusianisme tersebut tidak logis dengan kehidupannya pada masa
itu. Namun, pada akhirnya, orang-orang lebih banyak mengikuti ajaran
Confusianisme dibanding ajarannya. Mereka berpendapat bahwa ajaran-ajaran Mo
Tzu-lah yang cenderung tidak logis dan aneh.
Sumber Rujukan :
Creel, H.G, Alam Pikiran Cina, PT Tiara Wacana Yogya, 1989
Strathern, Paul, 90 Menit Bersama Confusius, Penerbit Erlangga Jakarta,
2001
Kebung, Konrad, Filsafat Berpikir Orang Timur (Indonesia, Cina dan India),
Prestasi Pustaka Jakarta, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar