WTO
merupakan salah satu organisasi internasional yang relatif baru yang lahir pada
tahun 1995. WTO merupakan penggabungan
dari General Agreement on Tariffs and
Trade (GATT) yang sudah ada sejak tahun 1947. Pada awalnya, GATT
dimaksudkan untuk menjadi bagian dari Organisasi Perdagangan Internasional
(ITO). ITO merupakan hasil dari perundingan multilateral untuk menciptakan
suatu sistem perdagangan berbasis aturan internasional setelah Perang Dunia II
dan termasuk mengenai seperangkat aturan dalam perdagangan barang-barang
manufaktur (GATT) dan arbitrase otoritatif untuk menyelesaikan sengketa
perdagangan. Pada dasarnya, ITO tidak pernah ada. Ini dikarenakan antara lain oleh
Kongres Amerika Serikat yang menolak dua rancangan yang diusulkan oleh ITO.
Pertama, mengenai badan arbitrasi yang dipandang sebagai ancaman terrhadap
kedaulatan negara. Kedua, adanya ketentuan dalam liberalisasi perdagangan
produk agricultural yang dianggap akan mengancam sistem agricultural yang
dibuat Amerika Serikat selama terjadinya Great Depression (Depresi Besar) dan
Dust Bowl (Badai Debu) pada era 1930an.
Sementara itu, GATT juga terbukti kurang disukai daripada ITO karena diadopsi
dari aturan-aturan perdagangan internasional yang diterapkan oleh negara-negara
diluar pengaruh Uni Soviet.
WTO merupakan hasil dari putaran
Uruguay mengenai perdagangan internasional yang diselenggarakan pada tahun 1986
dan 1993. WTO banyak menciptakan ulang bagian-bagian dari ITO termasuk
mekanisme penyelesaian sengketa secara formal.WTO juga merupakan
hasil penggabungan antara GATT, Dispute
Settlement Mechanism (DSM), dan General
Agreement on Trade in Services (GATS), serta sejumlah perjanjian lain yang menguraikan
aturan-aturan yang lebih rinci dalam konteks permasalahan kedaerahan. Perjanjian-perjanjian
ini merupakan inti dari sistem WTO, dimana hal-hal tersebut adalah aturan-aturan yang merupakan bagian dari raison d’etre atau hakikat
eksistensi suatu organisasi.
Aturan dasar dalam beberapa hal tersebut adalah mengenai non-diskriminasi, yang mana
hal ini berarti bahwa negara-negara yang menjadi anggota WTO harus
memperlakuka setiap anggota-anggota lainnya dengan perlakuan yang sama tanpa membeda-bedakan. Ada beberapa pengecualian
dalam aturan ini, diantaranya bagi negara-negara yang sedang berkembang, negara-negara yang kesulitan dalam perindustriannya dan organisasi perdagangan regional, tetapi hal ini tetap berada dalam prinsip dasar yakni
perlakuan yang sama. Fungsi utama dari WTO adalah untuk mendorong dan mengawasi
negosiasi dalam mengurangi tingkat tarif
umum, membawa barang-barang dan jasa jenis baru ke dalam aturan yang diatur
dalam sistem perdagangan serta menghasilkan kesepakatan mengenai bagaimana
masing-masing negara akan menempatkan aturan yang berlaku. Oleh karena itu, WTO
paling baik dilihat sebagai sebuah forum negosiasi yang mengarah kepada
keterbukaan dan juga lebih spesifik mengenai aturan perdagangan internasional.
WTO merupakan sebuah institusi yang sangat berbobot terhadap fungsi
legislatifnya, aturan-aturannya dan juga pembuatan aturan aparat-aparatnya.
Fungsi peradilannya cukup diperkuat dalam transisi dari GATT ke WTO pada tahun
1995, yang meskipun kurang berperan penting
namun tetap sebagai peran sentral. Fungsi eksekutif dari organisasi ini dinilai paling rendah, karena sistem ini dirancang untuk menjadi aturan dasar dan kebijakan sendiri, yang sedikitnya harus dimiliki oleh seorang
eksekutif yang aktif. Fungsi utama WTO jika dilihat dari perspektif efisiensi
adalah untuk memperbaiki hak-hak kepemilikan dalam ruang lingkup internasional.
Aturan-aturan dalam perdagangan internasional, terutama WTO, adalah efek
spesialisasi hak-hak kepemilikan dan DSM merupakan mekanisme klarifikasi dan
pengaturan hak-hak tersebut. Spesifikasi mengenai kepemilikan ini tentu saja
belum sempurna namun setidaknya jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Secara organisasi, terdapat dua
komponen utama dalam WTO, yaitu struktur pengambilan keputusan dan Sekretariat. Keputusan mengenai aturan-aturan
dalam WTO diambil berdasarkan perundingan negara-negara anggota melalui stuktur
pengambilan keputusan yang rumit. Tingkat paling atas dari
struktur ini adalah Konferensi Tingkat Menteri, yang merupakan sebuah pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan menteri masing-masing negara
yang setidaknya harus melakukan sidang bergiliran setiap tahunnya. Pertemuan-pertemuan
yang telah diadakan dan tercatat adalah pertemuan di Cancun, Meksiko pada September 2003; di Doha,
Qatar pada November 2001; di Seattle, Amerika Serikat pada November 1999 dan
Hongkong pada Desember 2005. Konferensi ini memiliki perpanjangan
tangan yaitu Dewan Jenderal, yang sering melakukan
pertemuan-pertemuan di markas WTO di Jenewa. Semua negara-negara anggota merupakan perwakilan di Dewan, dan biasanya
juga merupakan perwakilan permanen di WTO. Dewan Jenderal juga mempunyai cabang
yakni 36 Dewan dan Komite yang terdiri dari perwakilan masing-masing negara
anggota. Dewan dan Komite mempunyai fungsi yang berhubungan dengan
permasalahan-permasalahan khususnya mengenai perdagangan dan menegosiasikan
perubahan dalam peraturan WTO. Dispute
Settlement Mechanism (DSM) secara teknis juga merupakan cabang dari Dewan
Jenderal, meskipun panelis sebenarnya di dalam panel-panel penyelesaian
sengketa khusus merupakan orang-orang yang berpengalaman di bidang hukum
perdagangan dan seharusnya berpihak secara politik. Mereka dipilih oleh Direktur
Jenderal WTO dengan mengkonsultasikannya dengan pihak-pihak yang memiliki
perselisihan tertentu. Banding-banding ditujukan kepada putusan panel akan
didengarkan oleh sebuah pengadilan tetap yang disebut badan pengadilan, yang
terdiri dari tujuh juri independen untuk jangka waktu selama empat tahun.
Sekretariat dikepalai oleh Direktur Jenderal yang dipilih dari konsensus oleh
para anggota dan staf sekretariat yang berjumlah sekitar 550 orang. Mereka
menyediakan bantuan teknis dan logistik kepada struktur pembuat keputusan, yang
sebagian besar dalam bentuk keahlian dalam sejumlah isu-isu perdagangan yang
spesifik yang berada dibawah negosiasi berbagai dewan dan komite. Mereka juga
menyediakan asisten teknis dan training di dalam kebijakan perdagangan kepada
negara-negara yang membutuhkan. Sekretariat memiliki sedikit fungsi eksekutif, hal ini dikarenakan terdapat sejumlah fungsi
eksekutif yang harus dilakukan di dalam struktur WTO. Peraturan mengenai
perdagangan merupakan inti dari rezim yang dimonitor dan dipaksakan oleh negara-negara
anggota bukan oleh WTO sendiri. Hal ini membatasi peran Direktur Jenderal
kepada administrasi birokrasi dan kewirausahaan politik, dengan menggunakan
otoritas moral untuk mempromosikan perdagangan dunia dan juga untuk membujuk
negara-negara dalam negosiasi dengan itikad yang baik.
Hal terpenting dari WTO dan GATT
sebelum tahun 1995 adalah mengenai struktur voting. Aturan dasar voting adalah
kebulatan suara; dimana rezim lebih condong kepada konsensus dibandingkan
dengan kontrol mayoritas. Secara teknis, setiap hasil negosiasi yang baru
mengarah kepada perubahan formal aturan WTO dan tidak mengikat negara-negara
yang tidak menerima perubahan tersebut. Hal ini dikarenakan sistem perdagangan
berbasis kepada aturan-aturan yang mengharuskan setiap orang menggunakan
aturan-aturan yang sama, perubahan hanya dapat dibuat ketika semua peserta
menerimanya. Namun, dalam prakteknya, aturan mengenai kebulatan suara tidak
begitu jelas. Satu atau dua negara-negara kecil kemungkinan bisa tidak
menghambat penerimaan aturan baru, karena negara-negara lain dipercaya akan
mengancam keluar dari sistem perdagangan. Di sisi lain, Amerika Serikat dan Uni
Eropa dapat menghalangi penerimaan tersebut, karena ancaman untuk menjalankan
perdagangan global tanpa mereka tidak masuk akal. Singkatnya, negara-negara
miskin sering berurusan dengan praktek ketidakseimbangan kekuatan ini, dengan
bernegosiasi dengan blok-blok yang cukup besar untuk membuat ancaman yang masuk
akal dibanding dengan yang tidak berpartisipasi.
Hasil dari struktur konsensus
negosiasi WTO memakan waktu yang cukup lama. Negosiasi Putaran Uruguay yang
mengarah kepada penciptaan WTO memakan waktu sekitar tujuh tahun; dan juga
Putaran Tokyo mengenai neosiasi GATT sebelumnya memakan waktu kurang lebih enam
tahun. Dan hal ini berarti waktu negosiasi bersamaan dalam berbagai komite,
tidak hanya rapat pleno yang hanya sesekali. Hal ini juga mengarah kepada tingkat
rincian yang lebih tinggi dalam dokumen yang dihasilkan; daftar komitmen
nasional di bawah Putaran Uruguay mengisi hampir 22.500 halaman, yang sebagian
besar berisi rincian mengenai komitmen untuk menurunkan tarif jenis barang
sehubungan dengan mitra dagang tertentu, atau untuk mengubah kebijakan regulasi
tertentu untuk memungkinkan transparansi yang lebih besar atau persaingan. Sebuah
babak baru perundingan diluncurkan pada Konferensi Tingkat Menteri di Doha pada
tanggal 1 Januari 2005, namun pada saat itu banyak terjadi ketidaksepakatan
antara negara-negara anggota yang belum terselesaikan. Salah satu
ketidaksepakatan utama tersebut adalah mengenai sejauh mana aturan-aturan WTO
harus dapat diberlakukan terhadap sejumlah produk-produk pertanian, ini
merupakan isu yanng sama yang berkontribusi terhadap hancurnya ITO lebih dari
setengah abad yang lalu.
WTO dapat dikatakan bekerja sebagai
rezim internasional dan dikatakan berhasil dalam menjalankan fungsinya. WTO
telah berhasil menurunkan biaya transaksi dan juga berhasil meningkatkan
jaringan informasi, tetapi keberhasilan ini menjadi semakin teredam. Negosiasi
perdagangan yang berada di bawah naungan WTO, mempertahankan biaya transaksi
yang tinggi, untuk itu mereka mampu bertahan lebih dari setengah dekade dan
mempekerjakan ribuan orang, meskipun proses ini mungkin lebih efisien daripada
melakukan banyak hubungan perdagangan bilateral. WTO juga mengumpulkan dan
mempublikasikan statistik perdagangan, tetapi hal ini seringkali juga terdapat duplikasi informasi di tempat lain. Peran
ini lebih sederhana terutama dalam berurusan dengan biaya transaksi dan arus informasi, bagaimanapun hal
ini tidak seharusnya dijadikan kritik yang serius terhadap WTO, karena
rancangan fungsi utama WTO adalah spesifikasi hak-hak kepemilikan sesuai dengan
perdagangan internasional. WTO juga memainkan peran legitimasi penting dalam politik
internasional kontemporer. WTO telah mengesahkan sebuah model perdagangan
internasional yang didasarkan pada gagasan bahwa perdagangan harus sesuai
dengan peraturan yang ada dan tidak diskriminatif.
Walaupun
dikatakan memiliki peran yang yang cukup besar dalam perdagangan internasional,
WTO juga banyak mendapatkan sejumlah kritikan. Kritikan ini pertama kali
terlihat pada November 1999 di Seattle dimana sekitar 50.000 muncul ditengah
pertemuan dua tahunan WTO. Ada dua hal utama yang menyebabkan banyaknya terjadi
kritikan-kritikan tersebut, diantaranya kebijakan-kebijakan lembaga-lembaga
ekonomi internasional seperti WTO telah mempromosikan sesuatu yang cacat dan
juga menyinggung. Selain itu lembaga-lembaga ekonomi internasional ini juga
dianggap tidak demokratis. Terhadap kritikan ini WTO memberikan respon bahwa
sebenarnya mereka bersifat demokratis, mereka juga mengklaim bahwa konsensus
pengambilan keputusan membuat WTO bahkan menjadi lebih demokratis bila
dibandingkan dengan aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah pada umumnya. Respon
ini mengarah kepada demokrasi antar negara-negara daripada antar populasi
global. Versi lain dari tuduhan bahwa WTO tidak demokratis adalah DSM yang
tidak representatif. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa arbitrase
internasional tidak harus bekerja sesuai dengan yang dilakukan oleh arbitrase
nasional suatu negara, melainkan menjadi sebuah aktivitas politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar