Selasa, 13 November 2012

SOUTH PACIFIC FORUM (SPF) DAN PERANNYA DALAM BIDANG EKONOMI


1.       Sejarah dan Perkembangan South Pacific Forum (SPF)
Secara resmi organisasi ini dibentuk tahun 1971, namun pondasinya telah diletakkan sejak tahun 1962 sampai tahun 1970, ketika para pemimpin masyarakat Pasifik Selatan telah berusaha untuk mengurangi “sifat penjajahan” dalam SPC (South Pacific Commission). Dimana SPC merupakan salah satu organisasi regional yang didirikan oleh negara-negara berkas penjajah yang memiliki jajahan di Pasifik Selatan, dan SPC dapat dikatakan sebagai pendorong dari lahirnya SPF.
Para pemimpin Pasifik Selatan sangat kecewa terhadap pihak kolonial yang tidak menhizinkan mereka untuk mendiskusikan masalah-masalah politik yang mereka alami di dalam SPC, sementara mereka juga tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mengubah aturan mengenai pelarangan tersebut. Kekecewaan tersebut melahirkan sebuah organisasi ekonomi diantara negara/wilayah Pasific Selatan yang berada di luar SPC dan menamakan dirinya sebagai Pacific Island Producers Secretariat (PIPS), yang kemudian mengubah namanya menjadi Pacific Island Producers Association (PIPA). Organisasi tersebut dipandang sebagai cikal bakal SPF.
Pada tahun 1960an, para pemimpin Pasifik Selatan begitu kecewa memandang peranan SPC, yang tidak memberikan SPC, yang tidak memberikan peluang kepada mereka untuk membicarakan peluang kepada mereka untuk membicarakan masalah-masalah politik. Kekecewaan tersebut masih ditambah lagi dengan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam berhubungan dengan negara-negara kolonial, sekalipun untuk mengembangkan perekonomian mereka. Pada akhir tahun 1964, sebuah delegasi Fiji dipimpin oleh Ratu Mara, yang berangkat ke Selendia Baru untuk mengadakan negosiasi mengenai kuota dan harga bagi produksi pisang dari Fiji, mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut mengilhami pimpinan delegasi bahwa suatu kekuatan tawar (bargaining) yang lebih luas diperlukan untuk menghadapi negara-negara kolonial. Oleh karena itu, Fiji membangun kontak-kontak dengan Samoa Barat di awal tahun 1965, yang menghasilkan kesepakatan pembentukan PIPS dan keanggotaannya segera meluas ke Tonga.
Ketiga negara ini pertama kali bersidang di Samoa Barat pada bulan September 1965, dengan dihadiri oleh delegasi Kepulauan Cook yang bertindak sebagai Observer. Pada pertemuan kedua di Suva (Fiji), bulan Februari 1967, diputuskan bahwa tugas-tugas sekretariat PIPS dialihkan dari Bagian Pemasaran, Departemen Pertanian Samoa Barat, kepada Departemen Sumber Daya Alam Fiji, dan belum membentuk suatu sekretariat tetap. Pada pertemuan ketiga di Nuku’alofa (Tonga). 1968, ruang lingkup organisasi ini bertambah dengan keanggotaan Niue dan Kepuauan Cook, yang menyatakan kesediaannya untuk berbagi beban pembiayaan pembentukan sebuah sekretariat tetap.
Dengan keputusan untuk membentuk sebuah Sekretariat Tetap, organisasi tersebut, mengubah namanya menjadi PIPA, dan fokus perdagangannya juga diperluas dengan tidak hanya memasarkan pisang. Sekretariat Tetap ditempatkan di Suva, karena merupakan pusat perdagangan di Pasific Selatan, dan juga karena Fiji menyumbang lebih dari setengah anggaran organisasi tersebut. PIPA terus mengembangkan anggotanya dengan menerima Kepulauan Gilbert dan Ellice di tahun 1971. Dalam perkembangan lebih lanjut, PIPA tidak hanya memperjuangkan kepentingan importir buah-buahan, tetapi memperluas ke dalam promosi pemasaran barang-barang kerajinan dan perikanan. Organisasi ini menekankan pentingnya kualitas barang-barang dalam rangka mencari harga yang lebih baik dan mempelajari perkembangan ekonomi dunia dalam rangka pemasaran barang-barang produksinya. Secara politis, negara-negara anggota PIPA memiliki bargaining position yang cukup berpengaruh dalam memperjuangkannya. 
Suatu perkembangan menarik terjadi pada pertemuan PIPA ke-6 di bulan April 1971. Peristiwa inilah yang kemudian dipandang sebagai lahirnya gagasan pembentukan SPF. Di sela-sela acara resmi, terjadi sebuah pertemuan informal antara Ratu Mara dari Fiji, Pangeran Tu’ipelehake dari Tonga, Tamasese Lealofi (Samoa Barat), dan Albert Henry (Kepulauan Cook). Pada mulanya keempat pemimpin negara kepulauan itu membahas mengenai kegagalan negara/wilayah kepulauan dalam sidang SPC tahun 1970. Dalam sidang Konferensi tahun 1970, negara-negara kepulauan mengusulkan perubahan aturan SPC. Oleh karena itu, dalam pertemuan informal diantara keempat pemimpin dari wilayah Polinesia tersebut terlontar pemikiran mengenai perlunya suatu forum bagi negara-negara merdeka di Kepulauan Pasifik. Gagasan ini dibawa oleh Ratu Mara kepada PM Selendia Baru, Keith Holyoake, sambil meminta kesediaan Selendia Baru menjadi tuan rumah bagi pertemuan negara-negara merdeka di Pasifik Selatan. Selendia Baru menyambut baik gagasan ini, dan pada bulan Agustus 1971 para kepala negara/pemerintahan di Pasifik Selatan, seperti Fiji, Tonga, Nauru, Samoa Barat, Kepulauan Cook, dan Australia diundang ke Wellington, Selendia Baru untuk membentuk SPF.
Sementara itu, dengan semakin berkembangnya SPF, maka peranan PIPA menjadi semakin surut. Pada tahun 1973, timbul pemikiran-pemikiran untuk menyatukan langkah dan gerak perjuangan PIPA ke dalam SPF, sehingga di tahun 1974 PIPA menyerahkan fungsinya dan melebur organisasinya ke dalam badan Biro Kerjasama Ekonomi dari SPF, yaitu South Pacific Bureu for Economic Co-operation (SPEC), yang dibentuk tahun 1972 dan sejak tahun 1988 bernama Forum Secretariat (FS).
Sejak didirikan pada tahun 1971, SPF mengalami perkembangan yang pesat. Keanggotaannya meluas sehubungan dengan munculnya negara-negara baru merdeka di kawasan tersebut. Selain ketujuh negara pendiri, negara lainnya seperti Niue, PNG, Kiribati, Tuvalu, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu bergabung ke dalamnya dalam dekade 1970an, terutama setelah mereka memperoleh status berpemerintahan sendiri atau merdeka. Pada tahun 1987, FSM dan Kepulauan Marshall menjadi anggota penuh organisasi tersebut, yang menjadikan organisasi ini beranggotakan  15 negara Pasifik Selatan. Sejak pertama kali dibentuk telah disepakati bahwa SPF merupakan forum tahunan dari semua kepala negara dan kepala pemerintahan dari negara-negara merdeka dan berpemerintahan sendiri di Pasific Selatan.
Cara bekerja SPF lebih mencerminkan norma-norma tradisi yang berlaku dalam masyarakat kawasan Pasifik. Misalnya saja, sejak didirikannya tidak ada satupun konstitusi tertulis atau perjanjian yang bersifat internasional yang mengatur kegiatan-kegiatan SPF. Dan, tidak ada aturan main yang resmi yang menyangkut maksud dan tujuan organisasi keanggotaan dan peraturan tata-tertib sidang. Keputusan-keputusannya pun selalu ditetapkan dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat sedangkan penggunaan voting selalu dihindari. Meskipun demikian, SPF selalu mengeluarkan komunike setiap akhir pertemuan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa SPF merupakan pengelompokan politik diantara negara-negara merdeka di kawasan Pasifik Selatan. Pengelompokkan ini sangat penting sebagai sarana untuk memperoleh “posisi tawar” yang kuat di dalam berhubungan dengan negara-negara lainnya. Hal ini terutama ditujukan untuk memperjuangkan kelemahan-kelemahan mereka dalam bidang ekonomi. Permasalahan pembangunan ekonomi serta masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi menjadi topik utama dalam pembicaraan-pembicaraan diantara para pemimpin negara-negara di kawasan tersebut. Hal ini tercermin dari komunike bersama yang dikeluarkan setiap tahunnya, dimana sebagian besar butir pernyataan komunike tersebut berkisar pada persoalan ekonomi. Selain itu, organisasi-organisasi teknis yang dibentuk sebagai hasil kesepakatan diantara para pemimpin negara Pasifik Selatan juga berkaitan dengan bidang-bidang ekonomi seperti misalnya membentuk SPEC di tahun 1972, yang mentransformasikan diri menjadi FS tahun 1988, Pacific Forum Line (PEL), yang merupakan perusahaan transportasi regional pada tahun 1977, kemudian South Pacific Forum Fisheries Agency (FIFA) pada tahun 1979, South Pacific Forum Regional Trade and Ecomomic Cooperation Agreement (SPARTECA) pada tahun 1980. Dan pada tahun 2000 SPEC berganti nama menjadi Pacific Islands Forum Secretariat.
Pada tahun 2000 juga, SPF kemudian berganti nama menjadi Pacific Island Forum. Hal ini menurut pengamatan PBB lebih inklusif karena dapat mencakup dari wilayah utara dan selatan Kepulauan Pasifik.

2.       Permasalahan Regional Di Dalam SPF
Masalah utama yang mengandung perdebatan sejak awal pembentukan organisasi ini adalah masalah keanggotaan. Sekitar satu tahun setelah terbentuknya SPF, atas dukungan Australia, PNG bermaksud menjadi anggota Forum sebelum dilaksanakan pertemuan SPF ke-3 di Suva, Fiji (1973). Padahal ketika itu PNG belum memperoleh status otonomi internal sebagai satu langkah untuk mencapai kemerdekaan. Pada bulan-bulan antara pertemuan ke-2 di Canberra dan ke-3, yang akan dilangsungkan di Suva, terjadi perdebatan mengenai soal keanggotaan antara Fiji dan PNG. PM Fiji Ratu Mara berpendapat bahwa sekalipun wilayah tersebut sudah memperoleh status berpemerintahan sendiri, wilayah terebut belum berhak menjadi anggota SPF. Karena, status tersebut belum menjamin sebagai tahap terakhir dari perkembangan politik yang terjadi di PNG, sebagaimana status berpemerintahan sendiri yang telah diperoleh negara Kepulauan Cook.
Tetapi satu bulan sebelum berlangsungnya pertemuan Forum di Suva, Ratu Mara memperlunak posisinya dan menolak berita-berita yang mengatakan bahwa ia menentang keanggotaan PNG di dalam SPF, dan akan berusaha menghalangi parsipasi wilayah tersebut dalam badan-badan regional lainnya. Hal ini dapat dipandang sebagai usaha untuk meredakan pertikaian antara Fiji dan PNG dalam rangka keharmonisan regional dan dalam pertemuan di Suva negara-negara Forum bersepakat bahwa pertikaian harus diselesaikan. Tanpa bermaksud untuk mengubah status wilayah merdeka ataupun berpemerintahan sendiri sebagai basisi keanggotaan, Forum berusaha mencari langkah yang tetap pada prinsip tersebut tapi tanpa terus-menerus menempatkan PNG diluar aktivitas SPF sebagai invited observer. Ini berarti bahwa PNG dapat berpartisipasi dalam diskusi forum sekalipun tanpa suara dan mencegah tindakan yang memalukan bagi pemerintah Fiji, yang, menolak memberikan undangan bagi Ketua Menteri PNG, Michael Somare, yang telah mengajukan permohonan agar diundang.
Masalah lainnya yang terdapat di dalam SPF adalah masalah persaingan kelompok Melanesia-Polinesia. Seperti diketahui bahwa negara pendiri SPF berpusat di wilayah Polinesia, yaitu Fiji, Tonga dan Samoa Barat. Ketiga negara ini sepanjang sejarahnya dikenal sebagai wilayah yang masyarakatnya bersifat elitis bahkan sebelum adanya kontak dengan orang-orang Eropa. Sementara pertumbuhan SPF cenderung untuk menggantikan inti dari kekuatan regional di Pasifik Selatan, dari Polinesia kepada Melanesia. Kemerdekaan PNG (1975) dan Kepulauan Solomon (1978) telah memberikan predominasi bagi populasi, kepentingan dan sumber-sumber melanesia di dalam SPF. Perkembangan ini semakin nyata dengan diterimanya Vanuatu sebagai anggota penuh SPF tahun 1980.
Sementara negara-negara Polinesia, sekalipun kecil dalam jumlah dan kekuatan ekonominya dibanding negara-negara Melanesia, masih tetap memiliki pengaruh yang cukup luas melalui banyaknya jumlah negara mereka. Melihat perkembangan yang terjadi di dalam SPF, negara-negara Polinesia tidak menghendaki posisinya berubah dari kelompok inti menjadi kelompok pinggiran, sehingga mereka sangat enggan menerima pandangan ataupun penempatan posisi tertentu dalam badan-badan SPF oleh orang-orang Melanesia. Hal ini mewarnai pertemuan SPF di Niue pada tahun 1978, dalam kasus penggantian mantan Menteri Keuangan Tonga, Mahe Tupouniua, sebagai Direktur SPEC.
Masalah lain yang masih mengganjal di dalam SPF adalah masalah perdagangan. Sejak awal dibentuknya SPF tahun 1971, negara-negara kepulauan sangat prihatin terhadap permasalahan perdagangan mereka. Sekalipun berbagai upaya telah dilakukan, namun mereka belum berhasil meningkatkan volume perdagangan mereka. Pda tahun 1980, berkat bantuan Australia dan Selendia Baru, negara-negara kepulaun mengadakan perjanjian SPARTECA. Perjanjian yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1981, pada intinya memberikan akses masuk bagi barang-barang dari negara kepulauan ke pasar-pasar Selendia Baru menjadi pintu gerbang bagi produk-produk asal negara-negara kepulauan Pasifik Selatan.
Namun setelah perjanjian tersebut berlangsung sekitar 8 tahun, volume perdagangan antar negara kepulaun Pasifik Selatan dengan Australia dan Selendia Baru tetap tidak menunjukkan peningkatan. Secara garis besar, kecuali dengan PNG, total perdagangan antara Australia dengan negara-negara SPF berkisar kurang dari 1%, demikian pula perdagangan mereka dengan Selendia Baru. Oleh karena itu, pada tahun 1987, Australia dan Selendia Baru, mengadakan liberalisasi perdagangan, baik dengan cara menurunkan tarif, bebas kuota dan lain-lain, bagi semua produk yang dihasilkan oleh negara-negara kepulauan di kedua negara tersebut. Sementara untuk lebih menjamin pemasaran dan promosi barang-barang dari Pasifik Selatan, Australia dan Selendia Baru mendanai pembentukan South Pacific Trade Office (SPTO), masing-masing di Sydney dan Auckland, pada 1988. Disamping itu, kedua negara tersebut juga memberikan dana bagi promosi barang-barang produksi negara-negara kepulauan melalui “Dana Pendukung Pemasaran (Marketing Support Fund). 
Sekalipun demikian, sebagian besar negara-negara kepulauan terutama yang kecil-kecil, tidak mampu meningkatkan volume ekspor mereka. Hanya Fiji dan Nauru dapat memanfaatkan fasilitas perdagangan tersebut. Ekspor mereka ke Australis dan Selendia Baru cukup meningkat selama terbentuknya SPARTECA. PNG juga memiliki ekspor yang cukup berarti ke Australia karena alasan historis, disamping keadaan ekonominya dapat dikatakan paling kaya di kawasan tersebut. Lebih dari itu PNG dan Australia telah memiliki perjanjian perdagangan yang disebut dengan “ Papua New Guinea-Australia Commercial and Trade Relations Agreement (PACTRA), yang dibuat sejak 1 Februari 1977. Ekspor Nauru seluruhnya berupa fosfat dan ekspor Fiji didominasi oleh emas. Ekspor Fiji menunjukkan kenaikkan yang cukup berarti semenjak 1980. Ekspornya ke Australia mengalami penurunan tahun 1987 dan ke Selendia Baru pada tahun 1988, karena pengaruh kudeta militer yang terjadi tahun 1987.
 Bila ditilik dari kurang berhasilnya peningkatan perdagangan di kawasan pasifik, lebih banyak dipengaruhi oleh kendala-kendala internal yang dimiliki oleh negara-negara tersebut. Ciri-ciri geografis, nampaknya merupakan penyebab utama mengapa mereka tidak dapat memperoleh manfaat secara maksimal dari perjanjian SPARTECA, walaupun Australia dan Selendia Baru, dan bahkan dengan produk-produk negara-negara Asia, yang dipasarkan di Australia dan Selendia Baru.
Kelemahan lainnya adalah lambannya pembangunan di bidang infrastrukur. Untuk meningkatkan ekspor yang dapat bersaing di dunia internasional tentunya diperlukan sarana-sarana telekomunikasi yang mutakhir dan dalam kaitan ini negara-negara kepulauan masih belum mampu. Sementara, keterbatasan tenaga terampil di bidang pemasaran luar negeri juga merupakan salah satu kendala yang dimiliki oleh negara-negara tersebut. Di negara-negara kecil, yang masih baru ini, masalah semacam ini adalah normal dan mereka menyadari hal itu, serta berniat untuk memperbaikinya. Oleh karenanya, negara-negara kepulauan harus mengalokasikan sumber-sumber dana untuk mengadakan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mendukung industri-industri ekspor seperti pakaian jadi.
Dari pada itu masalah yang lebih pokok sebenarnya terletak pada kurangnya modal yang dimiliki oleh negara anggota SPF dalam meningkatkan ekspornya. Seluruh anggota SPF, kecuali Nauru dan Fiji, sangat tergantung bantuan luar negeri khususnya berasal dari negara tetangga didekatnya yakni Australia dan Selendia Baru. Terlebih lagi, sebagian besar dana bantuan luar negeri tersebut dihabiskan untuk membiayai anggaran belanja pemerintah di negara masing-masing.
Sekalipun belum berhasil dalam bidang perdaganan internasional, namun negara-negara Pasifik Selatan telah memperoleh berbagai manfaat dari kerjasama itu. Antara lain, misalnya mereka dapat memanfaatkan pendidikan dan peatihan di bidang perdagangan, promosi perdagangan, job training, dan lain sebagainya yang dikembangkan dalam kerjasama tersebut.  
3.       Peran South Pacific Forum Dalam Bidang Ekonomi
Program SPF dalam bidang ekonomi bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Oceania. Sebagai respon terhadap kapasitas nasional yang terbatas dan suatu lingkungan internasional yang semakin kompleks, fokus dariprogram adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai tantangan yang dihadapi kawasan inidan menggunakan keahlian untuk membantu Anggota dalam pengembangan intervensi nasional, sub-regional dan regional. Program ini membantu negara-negara anggota untuk meningkatkan lingkungan investasi mereka, meningkatkan daya saing usaha kecil, mikro dan menengah dan mendorong alirankeuangan untuk bisnis baru dan yang sudah ada. Program ini juga memberikan kebijakan dandukungan teknis yang bertujuan untuk meningkatkan kemitraan publik dan swasta melalui kerjasama dengan organisasi-organisasi sektor swasta dalam pembangunan ekonomi, perdagangan dan investasi.

Beberapa Program Ekonomi yang dilaksanakan SPF adalah Economic Reform and infrastructure, dan Pacific Islands Trade and Invest. Economic Reform and infrastructure bekerja memberikan nasihat tentang kebijakan ekonomi dan pembangunan dengan maksud untuk menggabungkan prinsip-prinsip tata kelola ekonomi yang sehat ke dalam praktek sehari-hari di negara-negara anggota. The Programme services the annual meetings of Forum Economic Ministers (FEMM) yang mendukung pengejaran tata kelola ekonomi yang baik dengan memberikan kesempatan tahunan bagi negara-negara anggota untuk mengembangkan kerangka kerja yang sesuai kebijakan ekonomi, dan berbagi pengalaman antarnegara.
Pacific Islands Trade and Invest  bertujuan untuk memberikan fasilitasi ekspor berkualitas tinggi, investasi dan promosi pariwisata untuk kawasan. Sebagai bagian dari SPF sekretariat, program ini fokus kepada pengembangan usaha ekspor dan promosi internasional untuk negara-negara anggota, dan memberikan dukungan untuk eksportir di negara-negara kepulauan pasifik. Program ini dijalankan oleh The Pacific Trade and Investment Commission.
Pacific Islands Trade and Invest  memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan negara-negara Kepulauan Pasifik dengan menciptakan peluang bagi eksportir, investor dan stakeholder.

Pacific Islands Trade and Invest bekerja dengan eksportir untuk mempromosikan produk dan layanan mereka dan menarik investasi untuk bisnis Kepulauan Pasifik. Berikut merupakan hal-hal yang dilakukan oleh Pacific Islands Trade and Invest :
·         Mengembangkan bisnis kapable ekspor
·         Mempromosikan dan menghubungkan bisnis ready ekspor
·         Menghubungkan eksportir dengan pembeli internasional
·         Memfasilitasi pemasaran produk dan jasa pariwisata antar pulau Pasifik
·         Memperkenalkan calon investor untuk pulau-pulau Pasifik
·         Memberikan dukungan promosi, jaringan dan keahlian teknis
·         Memfasilitasi pemahaman bersama antara pasar

Selain itu SPF juga banyak melakukan kerjasama-kerjasama, baik kerjasama regional maupun kerjasama dengan negara-negara diluar Pasifik Selatan, seperti negara-negara ASEAN maupun negara-negara lainnya.

Kesimpulan
South Pacific Forum atau sekarang telah berubah menjadi Pacific Island Forum merupakan satu-satunya organisasi regional yang berada di kawasan Pasifik Selatan. Organisasi ini didirikan sebagai salah satu sarana bagi negara-negara di kawasan Kepulauan Pasifik untuk betemu dan berkumpul untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang ada di Pasifik Selatan. SPF banyak memberikan konribusi besar bagi negara-negara tersebut terutama dalam bidang ekonomi. Dengan dibentuknya SPF negara-negara anggota sangat terbantu terutama dalam hal perdagangan. Negara-negara anggota dapat saling melakukan kerjasama ekonomi satu sama lain, selain itu melalui SPF, mereka juga dapat melakukan kerjasama dengan negara-negara di luar Pasifik Selatan, misalnya saja dengan negara-negara ASEAN. Hal ini kemudian dapat meningkatkan perekonomian di negara-negara Kepulauan Pasifik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar