Ada banyak konsep kekuasaan menurut
masing-masing agama yang ada di dunia ini. Begitu juga dengan agama Hindu. Agama Hindu memiliki beberapa konsep tentang kekuasaan dan cukup
banyak memberikan pengaruh terhadap negara. Untuk memahami konsep kekuasaan
menurut agama Hindu, berikut akan dijelaskan secara ringkas.
Konsep Kekuasaan
Kekuasaan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok yang dapat mempengaruhi
tingkah laku atau sekelompok orang dalam interaksinya. Adapun hasil interaksi
tersebut diharapkan dapat menimbulkan hasil yang sesuai dengan tujuan dan
keinginan pemegang kekuasaan itu sendiri. Praktik kekuasaan dilakukan melalui
pola hubungan yang memegang peranan subjek dan peranan objek. Artinya dalam
relasi kekuasaan akan terdapat dua pihak yakni pihak yang dikuasai atau
diperintah dan pihak yang berada dalam posisi memerintah atau pihak yang
berkuasa. Pihak yang berkuasa akan memperoleh ketertundukan atau ketaatan dari
pihak yang dikuasainya.
Kekuasaan dalam
agama Hindu selalu berpegang pada gagasan bahwa kebijaksanaan bisa menjadi
kuasa dan memiliki daya apabila ia meresapi, mengontrol, mentrasformasikan dan
mengatur seluruh kepribadian mereka. Berpikir (apa yang kita pikirkan) haruslah
diwujudkan dalam hidup, diinkarnasikan dalam keberadaan ke dalam tindakan dan
perbuatan praktis. Semakin tinggi realisasi proses berpikir, semakin besar
kekuatan dan kuasa yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang sungguh berkuasa
adalah orang yang mampu menerapkan apa yang ia pikirkan dan idealkan dengan apa
yang ia lakukan.
Dalam konsep pembagian
kekuasaan, yang biasa disebut dengan trias
politica yakni
kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif yang menjadi pilar negara
demokrasi modern digagas oleh John Locke dan JJ Roussseau. Tidak ada agama yang
memiliki konsep seperti itu, tetapi di
dalam agama Hindu ada 4
pembagian kekuasaan, yang dikenal dengan catur warna: kekuasaan agama
(Brahmana), pemerintahan (Ksatria), ekonomi (Waisya) dan tenaga kerja (Sudra).
Catur warna memang bukan trias politika, tetapi dia membantu mencegah theokrasi,
pemuatan kekuasaan politik dan agama, serta ekonomi di satu tangan wakil Tuhan
di dunia, apakah dengan nama rasul, paus, khalifah, sultan atau raja. Bila para
wakil ini memperlakukan warganya sebagai budak, menganggap kekayaan alam
sebagai miliknya, maka ia hanya sekedar menjalankan kekuasaan Tuhan. Hanya
Tuhan yang berhak mengawasi atau mencabut kekuasaan itu.
Pada dasarnya kekuasaan tertinggi biasanya dipegang
oleh seorang pemimpin. Dalam agama Hindu dijelaskan bahwa pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mampu memberikan tauladan, selalu
mengusahakan kesejahteraan rakyat (sukanikang rat), dan menghindari kesenangan
pribadi (agawe sukaning awak). Dalam Kautilya Arthasastra dijelaskan pula bahwa
"apa yang menjadikan raja senang bukanlah kesejahteraan, tetapi yang
membuat rakyat sejahtera itulah kesenangan seorang raja". Hal ini juga
menunjukkan bahwa tujuan yang hendak dicapai yaitu kebahagiaan
rakyat, bukanlah kesejahteraan penguasanya karena penguasa yang berhasil
membawa rakyatnya pada kebahagiaan tertinggi, kemuliaan adalah pasti
("sang sura menanging ranaggana, mamukti sukha wibawa, bogha
wiryawan").
Selain itu agama Hindu juga dikenal dengan konsep system
kasta dimana pembagiaannya adalah sebagai berikut :
a.
Kasta Brahman
Kasta brahaman
merupakan kasta yang memiliki kedudukan tertinggi, dalam generasi kasta
brahmana ini biasanya akan selalu ada yang menjalankan kependetaan.
b.
Kasta Ksatria
Kasta ini
biasanya memiliki peranan yang penting dalam system pemerintahan dan system
politik.
c.
Kasta Waisya
Kasta ini memiliki kekuasaan yang agak
rendah dibandingkan dengan kasta-kasta sebelumnya namun, masih masih memiliki
sedikit kekuasaan.
d.
Kasta Sudra
Kasta ini terdiri dari kalangan orang
biasa yang sehari-harinya biasa mengabdi kepada kasta-kasta yang lebih tinggi.
Di dalam kitab Arthasastra tercermin unsur-unsur
mengenai pemisahan dan pembagian, yang mana kekuasaan diperoleh berdasarkan hukum,
pemilihan pemimpin didasarkan pada
kualitas moral dan keahliannya. Suksesi kepemimpinan dilaksanakan secara
terencana. Kekuasaan dalam agama Hindu dapat dibagi menjadi empat kelompok
yakni : Brahman, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan dalam agama Hindu dapat
dimiliki oleh seseorang apabila ia memiliki daya kemudian ia meresapi, mengontrol, mentrasformasikan dan mengatur seluruh kepribadiannya.
Daftar Pustaka
Kebung,
Konrad.2011.Filsafat Berpikir Orang Timur.Jakarta: Prestasi Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar