Senin, 19 November 2012

JÜRGEN HABERMAS


Jürgen Habermas merupakan anggota yang paling terkenal dari generasi kedua Frankfurt School dalam penelitian sosial. Ia lahir pada tahun 1929 di Düsselrdorf. Habermas menulis disertasi PhD-nya mengenai konflik antara Kemutlakan dengan sejarah pemikiran Schelling yang diterbitkan pada tahun 1954. Ia merupakan asisten dari Theodor Adorno dan kemudian juga menjadi seorang profesor filsafat serta direktur Max Planck Institute di Starberg.
Pemikiran Habermas sangat banyak dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Hegel dan Marx. Tidak seperti Adorno  dan Horkheimer, Habermas menolak pemikiran Marx mengenai nilai serta pesimisme yang diciptakan oleh generasi pertama Frankfurt. Ia yakin bahwa generasi pertama Franfurt keliru dalam menerjemahkan “sistem rasional” dan “tindakan rasional”.
Karakteristik pemikiran Habermas adalah bahwa ia anti-positivisme.   Secara khusus ia menolak pemikiran Marx dan mengubah karya awal Marx tersebut serta mengkritik mengenai masyarakat kapitalis dengan menekankan aspek hermeneutiknya. Ada beberapa hal yang dikritik oleh Habermas, diantaranya mengenai bahwa ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi sebuah peranan kritis dalam menentukan sebuah tujuan, ilmu pengetahuan memberikan kontribusi rasionalitas teknis yang memungkinkan kapitalis untuk mengembangkan komoditas yang beragam dan kompleks. Habermas melihat bahwa ilmu dan rasionalitas yang ada dalam masa kapitalis diselewengkan untuk melawan manusia, memiskinkan kehidupan kultural mereka dan memperburuk keadaan patologis dan bukannya dimanfaatkan untuk kemanusiaan.
Karya awal ini juga digunakan untuk menunjukkan bagaimana negara modern merupakan hasil serta berkontribusi kepada bertahannya kapitalis itu sendiri. Pada 1970an, Habermas berpendapat melalui karya beberapa ahli ekonomi politik bahwa negara tidak akan mampu melindungi masyarakat  dari keadaan terburuk akibat krisis dalam ekonomi kapitalis karena keterbatasannya dalam mengumpulkan pajak demi tercapainya kesejahteraan. Hal ini berarti bahwa kekuasaan negara sangat terbatas terutama ketika ia tidak mampu untuk mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, kemudian Habermas menggunakan teori Marx untuk mengembangkan sebuah strategi kritik yang bersifat emansipatoris. Habermas melihat pekerjaan sebagai sebuah kritik yang terutama ditujukan sebagai kekuatan untuk melawan alasan yang instrumental.
Pada awal 1970an, Habermas juga merumuskan unsur-unsur utama mengenai teori bahasa, evolusi komunikasi masyarakat yang dimaksudkan untuk memberikan kerangka dasar normatif sehingga kepentingan emansipatoris dapat direalisasikan. Karya ini mencapai puncaknya ketika diterbitkan besar-besaran di Jerman pada tahun 1981 dalam The Theory of Communicative Action.
Habermas juga mengintegrasikan pemikirannya ke dalam sebuah konsep yang disebut dunia kehidupan yang mengusung kesadaran dunia dan tindakan komunikatif. Selanjutnya pemikiran terbesar Habermas terpusat pada eksplorasi struktur yakni bahasa, tindakan komunikatif dan kesadaran moral dari dunia kehidupan itu sendiri. Dunia kehidupan berdiri dengan tujuan kepentingan emansipasi, namun karena alasan dan bahasa yang sedikit menyimpang membuat konsep ini sulit untuk dihargai.  Emansipasi merupakan dasar yang sangat penting dalam kehidupan sosial manusia. Oleh karena itu diperlukan sebuah teori yang universal untuk menjelaskan hal ini.
Menurut Habermas, dunia kehidupan merupakan sebuah cakrawala yang mencakup kesadaran publik maupun pribadi dan merupakan lapisan penting dalam pembentukan sebuah identitas  dan tindakan komunikatif. Tindakan yang dimaksud Habermas disini ialah tindakan yang bergantung kepada proses kerjasama dimana partisipan berhubungan secara bersamaan dalam dunia yang objektif, sosial dan subjektif. Habermas menekankan bahwa komunikasi merupakan aspek yang paling dalam dunia kehidupan karena masing-masing individu dapat memperoleh pembenaran atas ucapan mereka dan melalui hal ini struktur dunia kehidupan dapat dimodifikasi.
Alhasil, sangat penting untuk mengetahui bahwa kebutuhan dasar manusia tersebut sama seperti sifat dari komunikasi yang tidak terdistorsi dan dapat diungkapkan dengan bebas. Habermas menemukan bahwa sifat dari bahasa sebagai alat komunikasi untuk berhubungan satu sama lain memiliki kepentingan untuk saling memahami. Dengan saling memahami, akan tercapai sebuah kesepakatan yang memerlukann pembenaran dari ucapan tersebut. Selain itu salah satu fungsi bahasa lainnya adalah untuk berkomunikasi dengan baik, dimana ketika  terjadi ketidaksistematisan bahasa, maka yang terjadi adalah bentuk bahasa yang patologis atau bahasa yang sakit.
Mengenai kesadaran moral, Habermas berusaha untuk mendasarkan hal-hal yang telah diperolehnya melalui Kohlberg, Peaget dan Mead sebagai tahap moral dalam suatu logika perkembangan yang bertujuan untuk menunjukan bagaimana moral sebagai sebuah sudut pandang dalam pengalaman manusia. Moral juga dapat dikatakan sebagai kunci Habermas untuk memusatkan perhatian terhadap ketidakseimbangan yang terjadi akibat kapitalisme. Ketidakseimbangan ini kemudian akan mengakibatkan terjadinya situasi patologis yang dapat mengganggu hubungan masyarakat. Modernitas sebagai bentuk sosio-kultural juga berisiko untuk menciptakan situasi patologis . Untuk menghindari hal tersebut, maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengkaji modernitas itu sendiri dengan cara kembali ke pemakaian akal budi seperti yang terjadi pada abad pencerahan.
Pada akhirnya, salah satu kesulitan utama dalam menerima pemikiran Habermas adalah bahwa ada sebuah subjek unversal yang relatif tetap yang identik dengan dirinya. Hal ini dapat dilihat dalam penekanan Habermas mengenai kesadaran dalam dunia kehidupan yang mengesamping prilaku dan alam bawah sadar. Meskipun Habermas bersikeras menerima gagasan radikal terpusat yang ditentangnya, namun untuk membersihkan modernitas itu, kompleksitas modelnya tidak cukup memadai.
Source: Fifty Key Contemporary Thinkers: From Strukturalism to Postmodernity, 2001,Taylor & Francis e-Library

Tidak ada komentar:

Posting Komentar