Jürgen Habermas
merupakan anggota yang paling terkenal dari generasi kedua Frankfurt School
dalam penelitian sosial. Ia lahir pada tahun 1929 di Düsselrdorf. Habermas
menulis disertasi PhD-nya mengenai konflik antara Kemutlakan dengan sejarah
pemikiran Schelling yang diterbitkan pada tahun 1954. Ia merupakan asisten dari
Theodor Adorno dan kemudian juga menjadi seorang profesor filsafat serta
direktur Max Planck Institute di Starberg.
Pemikiran
Habermas sangat banyak dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Hegel dan Marx. Tidak
seperti Adorno dan Horkheimer, Habermas
menolak pemikiran Marx mengenai nilai serta pesimisme yang diciptakan oleh
generasi pertama Frankfurt. Ia yakin bahwa generasi pertama Franfurt keliru
dalam menerjemahkan “sistem rasional” dan “tindakan rasional”.
Karakteristik
pemikiran Habermas adalah bahwa ia anti-positivisme. Secara
khusus ia menolak pemikiran Marx dan mengubah karya awal Marx tersebut serta
mengkritik mengenai masyarakat kapitalis dengan menekankan aspek
hermeneutiknya. Ada beberapa hal yang dikritik oleh Habermas, diantaranya
mengenai bahwa ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi sebuah peranan kritis dalam
menentukan sebuah tujuan, ilmu pengetahuan memberikan kontribusi rasionalitas
teknis yang memungkinkan kapitalis untuk mengembangkan komoditas yang beragam
dan kompleks. Habermas melihat bahwa ilmu dan rasionalitas yang ada dalam masa
kapitalis diselewengkan untuk melawan manusia, memiskinkan kehidupan kultural
mereka dan memperburuk keadaan patologis dan bukannya dimanfaatkan untuk
kemanusiaan.
Karya awal ini
juga digunakan untuk menunjukkan bagaimana negara modern merupakan hasil serta
berkontribusi kepada bertahannya kapitalis itu sendiri. Pada 1970an, Habermas
berpendapat melalui karya beberapa ahli ekonomi politik bahwa negara tidak akan
mampu melindungi masyarakat dari keadaan
terburuk akibat krisis dalam ekonomi kapitalis karena keterbatasannya dalam
mengumpulkan pajak demi tercapainya kesejahteraan. Hal ini berarti bahwa kekuasaan
negara sangat terbatas terutama ketika ia tidak mampu untuk mensejahterakan
rakyatnya. Oleh karena itu, kemudian Habermas menggunakan teori Marx untuk
mengembangkan sebuah strategi kritik yang bersifat emansipatoris. Habermas
melihat pekerjaan sebagai sebuah kritik yang terutama ditujukan sebagai
kekuatan untuk melawan alasan yang instrumental.
Pada awal 1970an,
Habermas juga merumuskan unsur-unsur utama mengenai teori bahasa, evolusi komunikasi
masyarakat yang dimaksudkan untuk memberikan kerangka dasar normatif sehingga
kepentingan emansipatoris dapat direalisasikan. Karya ini mencapai puncaknya
ketika diterbitkan besar-besaran di Jerman pada tahun 1981 dalam The Theory
of Communicative Action.
Habermas juga mengintegrasikan
pemikirannya ke dalam sebuah konsep yang disebut dunia kehidupan yang mengusung
kesadaran dunia dan tindakan komunikatif. Selanjutnya pemikiran terbesar
Habermas terpusat pada eksplorasi struktur yakni bahasa, tindakan komunikatif
dan kesadaran moral dari dunia kehidupan itu sendiri. Dunia kehidupan berdiri
dengan tujuan kepentingan emansipasi, namun karena alasan dan bahasa yang
sedikit menyimpang membuat konsep ini sulit untuk dihargai. Emansipasi merupakan dasar yang sangat
penting dalam kehidupan sosial manusia. Oleh karena itu diperlukan sebuah teori
yang universal untuk menjelaskan hal ini.
Menurut
Habermas, dunia kehidupan merupakan sebuah cakrawala yang mencakup kesadaran
publik maupun pribadi dan merupakan lapisan penting dalam pembentukan sebuah identitas dan tindakan komunikatif. Tindakan yang
dimaksud Habermas disini ialah tindakan yang bergantung kepada proses kerjasama
dimana partisipan berhubungan secara bersamaan dalam dunia yang objektif,
sosial dan subjektif. Habermas menekankan bahwa komunikasi merupakan aspek yang
paling dalam dunia kehidupan karena masing-masing individu dapat memperoleh
pembenaran atas ucapan mereka dan melalui hal ini struktur dunia kehidupan
dapat dimodifikasi.
Alhasil, sangat
penting untuk mengetahui bahwa kebutuhan dasar manusia tersebut sama seperti
sifat dari komunikasi yang tidak terdistorsi dan dapat diungkapkan dengan
bebas. Habermas menemukan bahwa sifat dari bahasa sebagai alat komunikasi untuk
berhubungan satu sama lain memiliki kepentingan untuk saling memahami. Dengan
saling memahami, akan tercapai sebuah kesepakatan yang memerlukann pembenaran
dari ucapan tersebut. Selain itu salah satu fungsi bahasa lainnya adalah untuk
berkomunikasi dengan baik, dimana ketika
terjadi ketidaksistematisan bahasa, maka yang terjadi adalah bentuk
bahasa yang patologis atau bahasa yang sakit.
Mengenai kesadaran
moral, Habermas berusaha untuk mendasarkan hal-hal yang telah diperolehnya
melalui Kohlberg, Peaget dan Mead sebagai tahap moral dalam suatu logika
perkembangan yang bertujuan untuk menunjukan bagaimana moral sebagai sebuah
sudut pandang dalam pengalaman manusia. Moral juga dapat dikatakan sebagai
kunci Habermas untuk memusatkan perhatian terhadap ketidakseimbangan yang
terjadi akibat kapitalisme. Ketidakseimbangan ini kemudian akan mengakibatkan
terjadinya situasi patologis yang dapat mengganggu hubungan masyarakat. Modernitas
sebagai bentuk sosio-kultural juga berisiko untuk menciptakan situasi patologis
. Untuk menghindari hal tersebut, maka upaya yang dilakukan adalah dengan
mengkaji modernitas itu sendiri dengan cara kembali ke pemakaian akal budi
seperti yang terjadi pada abad pencerahan.
Pada akhirnya,
salah satu kesulitan utama dalam menerima pemikiran Habermas adalah bahwa ada
sebuah subjek unversal yang relatif tetap yang identik dengan dirinya. Hal ini
dapat dilihat dalam penekanan Habermas mengenai kesadaran dalam dunia kehidupan
yang mengesamping prilaku dan alam bawah sadar. Meskipun
Habermas bersikeras menerima gagasan radikal terpusat yang ditentangnya,
namun untuk membersihkan modernitas itu, kompleksitas modelnya tidak cukup memadai.
Source:
Fifty Key Contemporary Thinkers: From Strukturalism to Postmodernity,
2001,Taylor & Francis e-Library
Tidak ada komentar:
Posting Komentar