Pendahuluan
Religi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemerintahan Tokugawa. Pada masa itu sangat banyak keanekaragaman
religi yang berkembang dan juga saling mempengaruhi serta berbaur satu sama
lain.Misalnya, Konfusianisme dan Shinto banyak meminjam atau mengambil
metafisika dan psikologi Budhisme, Budhisme dan dan Shinto telah meminjam etika
Konfusius, serta Konfusius dan Budhisme telah sepenuhnya dijepangkan. Dapat
dikatakan bahwa religi memberikan kerangka makna bagi nilai-nilai dasar dalam
masyarakat Jepang. Namun, perkembangan religi di Jepang tidak sepenuhnya
berjalan dengan lancar. Banyak terdapat pertentangan-pertentangan sebagai
akibat dari pembauran-pembauran religi tersebut. Berikut akan dijelaskan
mengenai perkembangan religi-religi tersebut pada masa
Tokugawa.
Konsep Dasar Religi Jepang
Ada dua
konsep dasar religi Jepang mengenai Ketuhanan. Pertama, Tuhan sebagai suatu
entitas lebih tinggi yang memelihara, memberikan perlindungan dan cinta. Tindakan-tindakan
religius yang ditujukan kepada entitas-entitas ini bercirikan sikap hormat,
syukur atas rahmat yang diterima dari mereka, dan usaha-usaha untuk membalas
rahmat tersebut. Konsep kedua sedikit rumit, yang mana Tuhan merupakan dasar
segala yang ada atau inti terdalam dari realitas. Kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada entitas-entitas ini adalah usaha para pengikut untuk mencapai
kondisi menyatu dengan dasar dari segala yang ada dan hakikat realitas ini.
Konsep berikutnya adalah konsep tentang
alam. Konsep ini merangkum kedua aspek sikap terhadap Tuhan tersebut. Alam
adalah kekuatan pemelihara yang penuh dengan kebajikan yang harus dihargai
manusia dan alam merupakan perwujudan dari segala sumber kejadian. Alam
tidaklah terpisah dari Tuhan maupun manusia namun menyatu di dalamnya. Manusia
adalah penerima karunia tak terbatas dari Tuhan, alam dan para atasan dan akan
tak berdaya tanpa semua karunia tersebut. Konsep-konsep tersebut merupakan inti
dari religi-religi yang berkembang pada masa itu.
Perkembangan
Religi Pada Masa Tokugawa
Ada tiga
religi besar pada masa Tokugawa, yakni Shinto, Budha dan Konfusius. Perkembangan-perkembangan
ketiga religi ini cenderung kearah rasionalisasi baik di tingkat filosofi
maupun di tingkat etika yang pada masi itu dianggap masih primitive. Untuk
mempermudah pemahaman, berikut akan dijelaskan secara singkat perkembangan
masing-masing religi pada masa Tokugawa :
a. Shintoisme.
Shinto adalah salah satu nama yang
digunakan untuk merangkum satu keberagaman fenomena. Pertama, siklus pertanian
tahunan kaum tani pedesaan disebut Shinto, walaupun banyak elemen Budha dan
Cina yang masuk ke dalam agama “rakyat” ini.
Kedua, tidak ada terdapat pendeta khusus atau kelompok pengikut yang
terorganisasi. Walaupun demikian nilai-nilai dan aturannya berwujud pada
tingkah laku ribuan orang Jepang. Dan ketiga, terdapat kuil-kuil yang bertanggung
jawab untuk mengurus upacara-upacara dan doa-doa.
Di awal-awal
kemunculannya, Shinto menitikberatkan pandangannya mengenai kesuburan. Oleh
karena itu, upacara-upacara doa untuk keberhasilan panen dan syukuran setelah
panen menempati posisi yang sangat penting. Upacara-upacara itu juga berfungsi
untuk menangkal bahaya, bencana atau wabah dan untuk menyenangkan hati para roh
sehingga tetap berdiam di tempat mereka. Hal ini tetap berlanjut hingga pada
abad ke-13 mengalami rasionalisasi etika dan filosofi.
Shinto semakin
menguat selama Era Tokugawa dan mengalami banyak pembaharuan-pembaharuan.
Pembaharuan ini kemudian mulai berpengaruh pada pemerintahan Jepang ketika para
Kaisar memerintah dalam kesederhanaan murni.
b.
Budhisme
Budhisme pada masa-masa awal lebih berkaitan
dengan jampi-jampi dan matera serta pemujaan kepada Bodhisatva tertentu yang
dipuja secara khusus. Hal ini sebagian masih terbawa hingga ke zaman modern,
tetapi paling tidak pada abad ke-12 dan 13 mengalami titik balik yang cenderung
membawa Jepang untuk bebas dari aspek magi. Hal ini paling kuat ditunjukkan
oleh adanya tiga sekte-sekte besar atau gabungan sekte-sekte yang muncul pada
masa itu, yakni Zen, Nichiren dan Jodo atau sekte Tanah Murni.
Pada masa
pemerintahan Tokugawa, semua orang Jepang diharuskan untuk menjadi anggota
sekte Budha yang resmi sebagai bentuk untuk melawan agama Kristen yang mulai
berkembang pesat. Hal ini melibatkan sejumlah besar pendeta Budha dalam
struktur control social pemerintahan Tokugawa, dan menjadikan keanggotaan dalam
suatu sekte sebagai masalah keyakinan religius. Kenyataan ini juga dikemukakan
untuk menjelaskan terjadinya kelesuan umum dan kemandegan yang dialami Budhisme
pada masa Tokugawa. Dapat dikatakan juga
pada masa itu gerakan-gerakan religius penting tidak berasal dari kalangan
Budha.
c.
Konfusianisme
Konfusianisme
Jepang pada dasarnya adalah neo-Konfusianisme, walaupun merangkum bermacam
aliran yang berbeda. Konfusianisme tersebut tidak mempunyai struktur campuran,
tetapi secara structural serupa dengan aliran-aliran filsafat kuno yaitu,
diturunkan dari guru kepada murid dan seringkali secara berkelanjutan diteruskan dalam lembaga-lembaga pendidikan.
Pengaruhnya yang terbesar dapat dilihat di kalangan mereka yang paling
terpelajar di lingkungan samurai perkotaan. Selama berabad-abad kepercayaan ini
telah menembus masuk ke dalam kesadaran dan adat istiadat serta kebiasaan
rakyat Jepang. Etika Budha maupun sekte-sekte Shinto pada dasarnya berasal dari
Konfusius dan sangat kuat dipengaruhi oleh metafisika neo-Konfusian. Hampir
semua gerakan baru yang penting pada masa Tokugawa menunjukkan adanya pengaruh
yang kuat dari Konfusianisme.
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa ada tiga religi utama yang berkembang pada masa Tokugawa,
yakni Shinto, Budhisme dan Konfusius. Masing-masing religi ini, memiliki
keterkaitan satu sama lain. Ketiganya juga saling berbaur sehingga terciptanya
keanekaragaman. Pada masa Tokugawa, kepercayaan-kepercayaan tersebut tidak
sepenuhnya murni karena masing-masing
agama meyebarkan dan mempengaruhi agama lain.
Sumber Referensi
Bellah,Robert.1992.Religi
Tokugawa: Akar-Akar Budaya Jepang.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar